Mungkin inilah yang terjadi di Negeri Nusantara ini, sebuah perbedaan yang sangat significant terjadi..
mari kita simak Apa itu ?..
From Google |
Di
suatu sisi ketika anak-anak pelosok nusantara Indonesia telah terbangun dari
tidurnya disaat mentari belum menunjukan sinarnya. Ketika meraka harus berjalan
berpuluh-puluh kilometer. Melewati anak-anak sungai, bahkan sungai berarus
deras sekalipun. Naik turun bukit. Perjuangan berat itu rela mereka tempuh demi
satu tujuan, pendidikan.
Sesampainya
mereka disekolah pun keadaan tak serta-merta baik. Gedung yang mereka sebut
sekolah pun kondisinya tak lebih bagus dari kandang ternak.
Ironis?
Ya! Inilah hasil pekerjaan dari “Anggota Dewan yang Terhormat”.
Apa
hikmahnya? Lebih bersyukur? Terutama kepada anak-anak yang lebih beruntung dan
mampu dibandingkan mereka yang ada di pelosok?
Saya
yakin pasti banyak yang setuju akan statement diatas. Termasuk saya pribadi.
Tapi coba kita telaah dan lihat tentang pendidikan dari sisi yang lain (atau
boleh dibilang dari sisi kota-kota besar).
Penyalahgunaan
kekuasaan, system birokrasi sekolah yang buruk, persaingan gengsi antar
sekolah, tidak transparannya dana iuran sekolah dll.
“Masa
iya sih?”
“Ah,
kayaknya gak begitu?”
“Alah,
ini mah anaknya aja yang males sekolah!”
Sebuah
kemungkinan besar respon dari orang-orang awan ketika saya membuka opini ini.
Tapi
ketika saya kembali bertanya, “Dapatkah anda menjelaskan mengapa diluar sana,
semakin banyak orang tua yang mengeluh tentang mahalnya iuran sekolah dan tidak
adanya transparasi dana iuran sekolah?”
“Dapatkah
anda jelaskan mengapa semakin banyak anak-anak sekolah mengeluh karena
(setidaknya 3 hari dalam 1 Minggu) harus menghabiskan 9-10 jam hanya untuk
sekolah? Padahal di hari biasa saja mereka sudah menghabiskan 7 jam untuk
sekolah? Ayolah, kami juga mempunyai kehidupan kami sendiri.”
“Dapatkah
anda jelaskan mengapa semakin banyak anak-anak sekolah mengeluh karena waktu
istirahat mereka sering terpakai demi kepentingan sekolah? Kami juga manusia,
bukan robot!”
Salah
satu fenomena pendidikan dari sisi “kota-kota besar” yang mau tidak mau kita
akui bersama kalau makin hari makin banyak kasusnya.
Saya
juga cukup tahu diri dalam menulis artikel ini, saya cukup bersyukur dapat
bersekolah ditempat yang layak dan tak perlu berjalan berpuluh-puluh kilometer
untuk berangkat ke sekolah.
Tapi
ketika ada sesuatu yang salah dari kehidupan ini, setiap individu mempunyai hak
untuk mengutarakan pendapatnya terlepas dari latar belakang kehidupan individu
tersebut.
Yah
setidaknya dalam artikel ini saya ingin menunjukan kepada khalayak luar bahwa
sesuatu yang baik belum tentu baik, dan sesuatu yang buruk belum tentu buruk.
OPEN
YOUR MIND!
-Karena
hidup terdiri dari dua sisi-
No comments:
Post a Comment